Di Atas Awan (Part II)

……….Dalam waktu sekian jam, kami sudah sampai di Surakarta. Sebelum kami ke pusat kota, kami meluncur ke kampus Universitas Sebelas Maret Fakultas Kedokteran untuk mengurus sesuatu (beli tiket try out SBMPTN! Hehe…). Waktu beli tiket ada cerita lucu nih. Mbaknya yang jaga pendaftaran tanya, “dari SMA mana nih Mas?” Saya jawab, “Dari SMA 1 Yogyakarta.” “Oh alumni ya?”. Deg. Saya kaget mendapatkan jawaban seperti itu dari mbaknya (emang umur gue tidak mencerminkan muka saya ya?). “Enggak mbak. Saya masih kelas tiga.”. Saya jawab singkat rodo arep ngguyu. Lalu mbaknya tanya lagi, “Biasanya sih kalau anak Teladan (fyi: mbaknya anak Padmanaba hehe…) naik Prameks. Dari Jogja Subuh.” Lalu saya jawab, “Oh. Saya Insya Allah naik motor saja mbak. Sama kok cepetnya dengan Prameks”.  Karena pembicaraan mulai menimbulkan konflik dan polemik, saya lalu bayar dan pamit pulang. Sebelum kami pulang ke Yogyakarta, kami makan Kupat Tahu khas Surakarta di dekat Masjid Sholikin. Kupat Tahunya unik karena menggunakan mie basah dan kuah yang lebih asam dari kuah Kupat Tahu pada umumnya. Oh ya, Kupat Tahunya juga menggunakan telur dadar. Jadi rasanya unik dan mengesankan. Sebagai pencuci mulut, kami memesan Es Puter khas Surakarta yang terkenal seantero jagat. Es Puternya spesial pakai Tape Ketan. Aromanya wangi dan sedap. Sehingga aroma dan rasa  dari Es Puternya tidak monoton. Setelah puas makan, melanjutkan perjalanan panjang ke Yogyakarta tercinta.

Target kami saat perjalanan pulang adalah sampai ke Masjid Al Muttaqien, Prambanan saat Maghrib. Tapi saat Maghrib kami baru sampai di daerah Klaten. Itupun belum masuk ke Kota Klaten. Akhirnya kami shalat Maghrib di sebuah masjid di daerah Penggung. Setelah kami shalat Maghrib, kami ternyata bertemu simbah dari teman saya. Akhirya kami diundang ke rumah beliau dan dijamu. Alhamdulillah kami dijamu dengan sajian minuman Susu Jahe Panas dengan Gula Jawa. Rasa manisnya Gula Jawa dan Hangatnya Jahe mampu membuat suasana yang dingin menjadi hangat dan nikmat. Setelah kami puas minum, kami pamit pulang ke Yogyakarta. Alhamdulillah perjalanan ke Jogja lancar sehingga kami bisa cepat sampai Jogja.

Sekian cerita perjalanan kami ke Candi Cetho. Sebuah perjalanan yang hampir menyentuh Jawa Timur. Sebuah perjalanan yang inspiratif dan mengesankan. Sebuah petualangan baru di daerah yang belum pernah kita kenal.

Insya Allah saya akan kembali memposting perjalanan touring ke daerah-daerah lain.

Thanks for reading. Semoga bermanfaat.

Wassalamualaykum warahmatullahi wabarakatuh.

Minggir, Sleman, Yogyakarta, INA.

IMGP6109

Di Atas Awan (Part I)

Assalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bismillah. Alhamdulillah bisa kembali dengan saya (ngopo sih). Terkadang kita senang ketika liburan tiba. Kita bisa menghabiskan waktu bersama keluarga dan sahabat. Waktu yang hangat dan indah. Tetapi, dapatkah anda membayangkan jika anda melakukan perjalanan ke tempat yang berada di atas awan (kayak judul film aja)? Pasti banyak kisah yang terjadi dan banyak kesan yang membekas.

Kali ini saya akan menceritakan kisah saya sewaktu touring ke sebuah Candi peninggalan kerajaan Majapahit yang sangat unik. Ayo, apa nama candinya? Ya. Namanya Candi Cetho. Candi Cetho di daerah timur Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Tempatnya berada di kaki Gunung Lawu. Candi ini berada di ketinggian 1400 meter diatas permukaan air laut. Tentu saja medan yang ditempuh sangat berat. Tanjakan curam nan panjang siap menanti. Inilah tantangan bikers sesungguhnya!

Blade

Saya mengawali perjalanan ini pada pagi tanggal 2 Mei 2013. Saya bersama teman saya menempuh perjalanan ke arah timur Kota Yogyakarta. Perjalanan yang cukup menguras nyali karena saya harus memacu motor dengan kecepatan rata-rata 80 km/jam untuk menyeimbangi ritme lalu lintas. Sebelum ke tujuan, saya dan teman saya mampir dulu ke Kota Surakarta untuk menikmati hidangan pagi khas Surakarta yaitu Nasi Liwet. Kami mendapatkan Nasi Liwet di sekitar kompleks Stadion Manahan. Sebuah hidangan yang nikmat dan inspiratif. Setelah puas sarapan, kami melanjutkanperjalanan ke arah timur Kota Surakarta. Ya, Karanganyar. Sebuah daerah yang belum pernah saya jelajahi. Angin semilir khas daerah persawahan menyambut kami di Karanganyar. Tetapi suasana berubah ketika kami mengambil jalan ke arah Tawangmangu. Suasana dingin mulai menyapa. Angin semilir digantikan oleh suhu dingin yang sejuk. Lalu kami berhenti sebentar di SPBU untuk megisi bahan bakar dan merencanakan perjalanan karena rute yang akan diambil ternyata sangat ekstrem. Setelah bensin full, kami melanjutkan perjalanan. Kami akhirnya sampai ke pintu retribusi wisata. Ternyata retribusinya sangat murah. Dengan uang sekian rupiah (saya lupa tapi yang jelas tidak mahal), kita bisa menikmati pemandangan kebun teh khas Gunung Lawu yang luas dan indah. Kita juga sudah bisa menikmati suasana dingin dan sejuk yang menentramkan hati. Ditambah lagi suasana lingkungan kanan kiri. Kita serasa naik motor diatas awan!

IMGP6077

IMGP6076

Ternyata perjalanan masih cukup jauh dan berat. Pada posisi ketinggian tertentu, mesin motor saya-Honda Blade 110 R- sering kehabisan tenaga di tengah tanjakan. Bahkan sampai slip kopling karena saya sering menahan kopling. Parahnya di beberapa titik kemiringan mesin motor saya mati karena perbedaan tekanan udara dan beratnya medan. Otomatis salahsatu dari kami harus rela turun dan berjalan sekian meter untuk menaklukkan tanjakan. Setelah sekian lama perjalanan, akhirnya kami sampai di puncak (Yee!!!). Kami lalu membayar retribusi dan langsung cuss ke candi. Sekedar info, jangan kaget jika anda kesini dan menemukan banyak hotel menggunakan Air Conditioner karena fungsi AC disini adalah sebagai penghangat! Kita tahu bahwa suhu AC rata-rata dari 17⁰-25⁰. Padahal suhu di tempat ini bisa mencapai belasan derajat celcius saja! Sungguh dingin.

IMGP6082

Kamipun lalu masuk ke pelataran candi. (FYI, candi ini secara formal masih digunakan oleh umat Hindu untuk beribadah dan ziarah. Jadi jangan kaget kalau banyak dupa dan lain sebagainya ada di arca-arca di tempat ini.) Di Pelataran candi kita akan menjumpai taman-taman yang hijau nan asri. Candi ini memiliki pelataran yang bertingkat-tingkat. Mencirikan bahwa candi ini adalah tempat ibadah umat Hindu yang mengadopsi bentuk bangunan Punden Berundak khas masyarakat Indonesia Prasejarah. Sip lanjut, di pelataran candi kami juga menemukan beberapa anak-anak SMA yang masih berseragam berpacaran (tentu saja Alay). Mereka seakan tidak takut dingin dan tidak mengerti ini tempat apa. Daripada bikin rusuh, saya lalu naik ke pelataran utama. Disini ada susunan batu yang unik tapi agak porno (gak usah saya ceritakan ya? Lanjut!). Kemudian saya menuju candi utama. Candinya memang mencirikan bukan candi Hindu karena bentuknya yang lebih mirip piramida terpancung (wa opo iki?) yang minim ornamen-ornamen. Disini ada balai-balai untuk istirahat. Saya beristirahat sejenak disitu dan makan coklat (bukan minum coklat panas. Coklatnya beku sih). Tiba-tiba ada pengunjung dari Surakarta. Bapak-bapak setengah baya yang suka tertawa. Kemudian bapak-bapak itu meminta saya untuk mengambil foto dirinya di depan candi. Okelah, meskipun lelah tetap dibantu. Hehe..

IMGP6083
Pelataran candi..

 

IMGP6087
Piramida terpancung

 

Waktu menjelang siang, segera saya turun gunung untuk mencari masjid sekedar melaksanakan Shalat Dzuhur. Maklum, daerah sekitar banyak penganut Hindu jadi agak sulit menemukan Masjid. Kami langsung cus ke Kota Surakarta lagi. Kali ini mesin motor saya bisa saya pacu lagi kekecepatan 90 km/jam. Dalam waktu sekian jam, kami sudah sampai di Surakarta. Sebelum kami ke pusat kota, kami meluncur ke kampus Universitas Sebelas Maret Fakultas Kedokteran untuk mengurus sesuatu….. (to be contimued)

Arti Sebuah Kesempatan

Assalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah. Akhirnya saya memiliki blog baru. Insya Allah pada postingan kali ini saya akan menceritakan kisah yang kemarin sore saya alami. Sebuah kisah yang inspiratif dari seorang anak muda.

Kemarin siang, ba’da shalat jumat, saya bertemu dengan sahabat saya. Seorang alumni sebuah sekolah menengah atas di Yogyakarta. Alhamdulilah sudah diterima di Universitas Gadjah Mada jurusan Psikologi. Sebenarnya beliau ini sudah memiliki janji dengan adik kelasnya, tapi saya tetep nyruntul. Hehehe…

Kami berbicara panjang lebar. Sampai pada satu titik pembicaraan dimana saya terkesima dengan prinsip yang beliau sampaikan. Beliau menyampaikan arti mengenai kesempatan. Saya menjadi terinspirasi. Setiap manusia diberikan kesempatan. Ya, berbagai macam kesempatan. Kita juga diberikan kesempatan untuk menggunakan kesempatan tersebut (Yo Dawg). Contoh, anda memiliki kesempatan untuk belajar di kala senggang, kemudian anda belajar dengan sungguh-sungguh. Insya Allah hasil yang anda capai mungkin saja melebihi apa yang anda harapkan. Sebagai pembanding lagi, anda memiliki kesempatan untuk belajar hal positif lain di kala senggang, Insya Allah pengetahuan dan kemampuan anda bertambah dan mungkin saja melebihi kemampuan orang lain. Sekarang saya akan mencontohkan hal-hal yang ekstrim. Ketika anda memiliki kesempatan dan anda membuang kesempatan itu dengan hal-hal yang tidak positif, anda bisa saja mendapatkan hasil yang buruk di waktu yang akan datang.

Sekarang pembicaraan mulai dikaitkan ke arah ekonomi (wesehh..). Di dalam ilmu ekonomi, kita akan menjumpai teori opportunity cost atau biasa disebut biaya peluang atau biaya kesempatan. Biaya peluang adalah biaya yang muncul jika kita mengambil kesempatan lain. CMIIW. Sebagai contoh, Pak Fathan adalah seseorang lulusan S2 Tehnik Mesin dari sebuah universitas ternama. Suatu ketika pak Fathan mendapatkan kesempatan bekerja di Perusahaan Caltex dengan gaji Rp27.000.000,00 perbulan. Disamping Caltex, Pak Fathan juga mendapatkan tawaran bekerja di Perusahaan Chrysler sebagai Engine Developer dengan gaji Rp30.000.000,00 perbulan. Ternyata Pak Fathan tidak memilih keduanya dan memilih bekerja di PT Pelni dengan gaji perbulan hanya Rp8.000.000,00 karena Pak Fathan ingin membangun industri perkapalan dalam negeri. Pertanyaannya, berapakah opportunity cost yang Pak Fathan korbankan? Secara konsep ekonomi, biaya yang dikorbankan oleh Pak Fathan adalah 30.000.000,00. Karena Pak Fathan hanya bisa mengorbankan satu kesempatan yang paling besar. Tapi Pak Fathan dapat memenuhi hasratnya untuk bekerja di PT Pelni untuk membangun perkapalan dalam negeri.

Sebenarnya tidak ada istilah benar dan salah dalam konsep diatas karena alasan/motif seseorang untuk mengambil sebuah kesempatan adalah dari niat yang ia bangun. Dalam ilustrasi diatas tidak dijelaskan mengapa Pak Fathan tidak memilih bekerja di Caltex maupun Chrysler (Terserah sing nulis to? Hehe..). Sehingga kita dapat ambil kesimpulan bahwa di dalam diri seseorang yang memiliki rasio, nalar, iman, dan akhlak yang waras, pasti akan mempertimbangkan pilihan kesempatan yang akan dia ambil. Apakah dia mau mengambil kesempatan yang akan menguntungkan dirimu sendiri, orang lain, atau bahkan akan merugikan dirimu sendiri. It’s your choice. Tetapi, sebagai makhluk Allah Subhana Wa Ta’ala yang berilmu dan berakhlak, sudah seharusnya kita memilih pilihan yang tepat, yang fit, yang pas, dan pilihan yang dapat menghindarkan bahaya dan mendatangkan manfaat. Semoga tulisan saya ini bermanfaat. Kritik dan saran dapat dilayangkan ke alvinsocialman@gmail.com. Terimakasih atas kritik dan komentar yang disampaikan.